Jumat, 08 Juni 2012

CERITA – DONGENG UNTUK ANAK. III
TINO Si KUCING YANG PENYABAR
Seperti biasanya , Tino si kucing kecil setiap pagi sebelum pergi bermain dia selalu rajin membantu ibunya menyapu lantai, menyiapkan makan pagi, menyirami bunga, dan setelah itu dia berpamitan pada ibunya untuk pergi bermain. Ibunya berpesan agar Tino tidak nakal dan pulang tepat waktu.
“Hei, “Tino kenapa sih kamu mesti datangnya terlambat, kayak jalannya siput aja?!” Tanya Doni si ular kecil. “Iya, maaf teman-teman, aku mesti bantu-bantu orang tuaku dulu sekalian olah raga sih, kasihan mereka mulai pagi hingga petang kerja dan mengurus kita-kita semua,” jawab Tino. “Ah, sok kamu, enakan bermain,” bantah Yoga sih kalajengking kecil. “Kita bisa bermain ini karna ijin dan kuasa Tuhan Yang Maha Esa, dan Tuhan menyukai anak-anak yang berbakti pada orangtuanya,” jawab Tino dengan tersenyum.”Kalo banyak omong lagi kamu Tin, bakalan tak gigit dan di sengat sama yoga,” bentak Dino dengan marah . “Sudah-sudah ayo kita mulai bermain”, jawab Kiki si burung kecil.

“Hei Dino, kamu kan kucing, kamu kan bisa dengan mudah mengalahkan mereka, dengan taring, kuku dan kelincahanmu?, “Tanya Lili si tupai kecil. “ Ah tidak Lil, kuat bukan berarti harus menantang dan berani, kuat itu berarti sabar, kuat hati dan pikirannya, seperti orang , semakin pandai semakin rendah hati, kuat juga begitu, semakin kuat semakin sabar dan mengerti, “ itu kata orang tuaku.”jawab Tino.
Mereka bermain dengan asyiknya, bermain membuat lubang-lubang di tanah untuk tenda-tendaan. Tiba-tiba terdengar angin mulai bergemuruh dan langit semakin gelap. “Hai, teman-teman, ayo kita lekas pulang, hari sudah menjelang sore dan cuaca sepertinya akan datang badai,” kata Tino. “Ah kamu memang selalu sok tahu, lagian mana ada badai siang-siang gini, kalopun ada kita bisa berlindung di lubang-lubang tempat bermain kita ini, pengecut kalian semua!” jawab Yoga. Tino berharap semua teman-temannya ikut pulang tetapi  si Dino dan Yoga berkeras hati untuk tetap tinggal di lubang mereka. Akhirnya Tino hanya berhasil mengajak pulang si Lili, Kiki dan Momo si kelinci kecil.
Ternyata memang benar, badai datang, angin bergemuruh membawa serta debu dan kerikil berterbangan, hingga akhirnya debu dan kerikil itu menimbun lubang-lubang yang ditempati si Dino dan Yoga dengan tebalnya.
Sesampai di rumah Tino menceritakan teman-temannya pada orang tuanya, dan bergegas orang tua Tino menuju rumah orang tua Dino dan Yoga, beramai-ramai mereka mendatangi tempat bermain anak-anak mereka. Dan benar saja, lubang itu sudah rata tertutup tanah, kemudian mereka bergotong royong menggali lubang-lubang tersebut. Dino dan Yoga ditemukan dalam keadaan lemas dan menangis ketakutan. Akhirnya Doni dan Yoga berterimakasih serta meminta ma’af pada Tinodan orang tuanya. Ah, sama-sama,Sudah sepantasnya kita saling bantu, siapa yang membantu orang lain, pasti Tuhan akan memberikan berbagai kebaikan berlipat-lipat pada mereka yang menolongnya. Dan mereka berdua berjanji akan patuh dan sering membantu orang tua mereka.
By. Irawan.


SIPUT YANG DERMAWAN
Saat itu pagi hari cerah, semua semua anak-anak hewan keluar rumah untuk bermain. Di sudut jalan ada seekor siput kecil yang bernama Kiko, dia bejalan lambat sambil bernytanyi-nyanyi . Tak lama kemudian tiba-tiba Kiko berhenti, telinganya mendengar suara tangisan anak siput yang lain, sesekali tangisan kecil itu diam, kemudian terdengar lagi. Dihampirilah suara itu. Ternyata di pinggir kolam kecil ada seekor anak siput yang sedang sedih.
“Hai, siapa namamu, dan kenapa kamu menangis?”, Tanya Kiko. “Namaku Rino, aku kehilangan rumah siputku, tadi aku mandi dan rumah siputku kulepas dan kutaruh di bawah pohon itu, setelah mandi rumah siputku hilang.”jelas Rino sedih. “Kamu pulang saja dan ceritakan pada orang tuamu, orang tuamu akan mengerti kok?!” hibur Kiko. “Aku sudah tidak punya orang tua, mereka sudah meninggal saat aku kecil, sekarang aku tinggal bersama nenekku, dan neneku tidak punya uang untuk membeli rumah siput bekas, apalagi yang baru!” jelas Rino.
Di benak Kiko, dia tahu siapa yang telah mengambil rumah siput Rino. Di perjalanan tadi Kiko bertemu dengan seorang anak siput lain yang bernama Goga, dia sedang memanggul satu rumah siput, katanya dia menemukan rumah siput itu di pinggir kolam, dan setelah berkeliling dan berteriak-teriak mencari pemilik rumah siput itu, ternyata tidak ada yang memilikinya, maka diambilnya rumah siput itu untuk di jual dan uangnya akan dia belikan mainan untuk menambah koleksi mainannya.
Terharu Kiko mendengar cerita Rino, dan terbayang bila dia tidak punya orang tua dan hidup serba kekurangan setiap hari seperti Rino. Lantas dia berpamitan pulang pada Rino dan berpesan agar Rino tetap di sana. Beberapa saat kemudian Kiko datang sambil menggendong sebuah rumah siput baru, dan diberikannya pada Rino. “Terimakasih yaa Kiko, semoga kebaikanmu dibalas dengan limpahan kebaikan juga Oleh TUHAN YANG MAHA ESA,” kata Rino pada Kiko. “Sama-sama, jangan berterimakasih padaku, berterimakasihlah pada TUHAN, aku tadi pulang dan membuka tabunganku, lalu aku belikan rumah siput untukmu. Tabunganku juga datangnya dari TUHAN, sepertinya aku selalu bisa menabung lebih banyak lagi bila aku suka menolong teman-teman yang lain, “jawab Kiko dengan tersenyum.
Tak lama kemudian datanglah Goga dengan menangis, “ ma’afkan aku ya teman-teman, tadi aku mengambil rumah siput milik dia setelah aku belikan mainan, ternyata sesampai di rumah, rumahku telah hanyut di terjang sungai yang banjir, aku dan orang tuaku sekarang numpang di rumah siput lain. Ini mungkin karna perbuatanku yang tidak baik, sekali lagi ma’afkan aku yaa teman-teman?!” pinta Goga dengan mengiba. Dan mereka memberikan ma’af pada Goga. Sejak itu mereka menjadi sahabat yang karib, dan memiliki hobi yang sama, yaitu suka menolong siput-siput yang lain.
By. Irawan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar