Selasa, 13 Oktober 2009

KATA-KATA ADALAH SISI PRIBADI YANG TERTUTUP - Words are Closed Side Personality.

Pribadi atau ciri khas karakter seseorang menentukan dan berpengaruh pada konsekunsi lanjutan timbal balik sikap dan penilaian orang lain terhadap seseorang tersebut, begitu pula sebaliknya. Salah satu faktor seseorang bisa meraih tujuan hidupnya adalah karena karakteristik kepemilikan pribadi tertentu yang bisa diandalkan baik secara tidak langsung ataupun langsung menjadi modal penentu untuk meraih kesuksesan tersebut.
Bila kita lihat paradigma yang terjadi di lingkungan kehidupan sosial saat ini bahwasannya banyak masyarakat yang beranggapan bahwa watak-karakteristik kepribadian seseorang bisa diubah seiring perjalanan waktu.

Dan sekali lagi kata-kata “waktu” masih terpakai untuk menilai hasil dari spekulasi perubahan kepribadian tersebut. Sedangkan waktu (time) itu sendiri sifatnya tidak menentu (uncertainly). Ketergantungan pengharapan perubahan karakter pribadi seseorang dengan menjalani waktu bisa berakibat tidak tercapainya tujuan yang dimaksud, tetapi bisa juga berakibat baik dengan tercapainya tujuan tersebut. Logika dari pengharapan perubahan karakter kepribadian seseorang melalui berjalannya waktu sangatlah banyak-banyak membutuhkan kesabaran, pengorbanan dan pengarahan, jadi hanya tipe-tipe orang yang sabar saja yang menyandarkan perubahan kepribadian padaseseorang yang diperdulikannya dengan berjalannya waktu, dan kebanyakan seringkali tidak sesuai dengan yang di harapakan, sehingga banyaklah ditemui penyesalan (useless) karena telah menyia-nyiakan waktu yang semestinya digunakan untuk hal-hal lain yang lebih bermanfaat.
Salah satu cara untuk melihat atau menilai pribadi seseorang meski tidak secara utuh, tetapi minimal kita bisa menilai dari kesan pertama melihat atau berkenalan dengan orang lain dan mengerti atau bisa membaca pribadi yang terdapatkan untuk pertama kalinya. Kita bisa melihat orang tersebut dari apa–apa yang dia kenakkan, dari kendaraan yang dia pakai atau dari alat komunikasi yang dia gunakan. Tentunya sekali lagi penilaian karakteristik kepribadian melalui beberapa hal yang tersebut diatas tidaklah sangat signifikan atau benar 100%, karena kita lebih percaya pada logika bahwa pribadi yang baik adalah pribadi yang bisa membuat orang lain bahagia, tenang atau welcome saat bersama dan berbicara dengan seseorang tersebut dan pribadi yang baimk adalah pribadi yang pandai menyesuaikan diri, tidak berlebih-lebihan dalam segala hal yang dia gunakan dan ucapkan juga perpenampilan apa adanya tanpa mengurangi nuansa pribadi yang baik tersebut. Penilaianpribadi berdasarkan atas apa yang dia gunakan setidaknya memberikan gambaran singkat kepribadian dari kesan pertama. Sebai missal bila seseorang mengenakan baju yang tidak sesuai dengan kondisi tempat yang ada, bisa jadi kita menilai seseorang tersebut mempunyai karakter yang unfashionable, kurang mengerti pergaulan yang lebih formal, atau juga mungkin tipe orang yang low profile, atau mungkin malah seseorang tersebut seorang pengusaha sukses yang tingkat kepercayaan dirinya sangat tinggi. Dan bila kita dapati seseorang yang mengenakan pakaian yang tidak cocok warna dan modelnya, kita mungkin bisa beranggapana bahwa seseorang tersebut berkepribadian sangat kaku, egois, eksentrik, terlalu bebas, atau bisa juga kembali pada rasa percaya diri yang besar. Dan bila kita dapati seseorang yang berkendaraan mewah maka selintas kita akan berpikir bahwa orang tersebut adalah seorang yang mapan, sukses, mandiri dan sebaliknya bila sesorang tersebut berkendara yang biasa-biasa saja. Dan begitulah seterusanya penilaian kepribadian berdasarkan apa-apa yang dikenakkan atau digunakan. Hal ini membantu setidaknya memberikan motivasi objek percakapan atau kepentingan pada orang yang melihat mereka untuk berkenalan lebih jauh atau tidak.
Tetapi justru kesalahan penilaian kepribadian sering terjadi saat berlangsungnya komunikasi/percakapan setelah penilaian berdasarkan apa-apa yang dia gunakan atau pakai tersebut. Karena sesungghnya style, kualitas, ekspresi gaya bahasa yang dikeluarkan dalam suatu percakapan sangat dipengaruhi oleh wawasan, mood, motivasi, dan sumber daya orang tersebut, jadi bisa saja seseorang yang berkepribadian baik tetapi karena saat itu dia lagi bad mood maka percakapannya terkesan membosankan atau gak nyambung malahan bisa menyakitkan, dan juga bisa seseorang dengan kepribadian tertutup, tetapi karena dia saat itu dalam suasana yang membahagiakan maka percakapannya terkesan nyambung atau enak untuk ditanggapi, diterjemahkan terjadilah kontak sosialisasi yang lebih dekat. Untuk seseorang yang berwawasan luas mereka lebih pandai menyembunyikan atau mempermainkan model kepribadian mereka, karena mereka lebih banyak mengerti tentang banyak hal dan bisa memilih-milih untuk memberikan kesan kepribadian yang bagaimana kepada objek lawan bicaranya. Untuk seseorang yang mempunyai motivasi tertentu atau tujuan tertentu, mereka akan berusaha keras untuk menampilkan percakapan yang mengarah pada tujuan individunya, sehingga mereka akan membatasi hal-hal percakapan yang dapat memberikan kesan ketidakpercayaan pada kepribadian mereka. Jadi sebagai individu dan mahluk sosial biasa, sebenarnya kita lebih sulit mengerti, memahami, knowing more deeply tentang personality seseorang melalui percakapan yang kita lakukan. Seseorang yang berkarakter A saat berbicara ia akan terlihat sebagai sosok yang berkarakter C karena beberapa faktor keadaan yang tlah ia alami atau memang karena ia menginginkannya seperti itu, dan begitu seterusnya. Tinggal bagaimana kita pandai-pandai dan berhati-hati untuk menyikapi, memahaminya dengan perbendaharaan wawasan kita dan menggunakan berbagai trik percakapan untuk mengarahkan lawan bicara kita agar terlihat bagaimana karakter sesungguhnya yang dimilikinya. Atau mungkin lebih bijaknya bila kita ragu tentang kepribadian lawan bicara kita yang baru kita kenal, lebih baik silent is gold dan atau menyudahi percakapan tersebut agar tidak memperburuk suasana percakapan. Lain halnya bila kita berprofesi sebagai wartawan yang mencari berita atau informasi, apapun suasana percakapan tersebut, seorang wartawan harus terus memberikan komentar dan sering bertanya untuk mendapatkan informasi yang dia butuhkan. Karena profesi tersebut lebih banyak mengesampingkan aspek kepribadian dari narasumbernya. Jadi yang kita pelajari disini adalah bahwasannya penilaian kepribadian seseorang lebih sulit dinilai atau dilihat dari kekampuan dia berbicara atau dari nilai/hasil/kualitas pembicaraannya. Dan ada kemungkinan penilaian karakter lebih mudah dilihat dari apa-apa yang digunakan atau dipakai si objek yang dinilai kepribadiannya, dengan asumsi hasil penilaian kepribadian dengan cara tersebut sifatnya sementara (kesan pertama menimbulkan arti).
(By. Irawan).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar