Selasa, 27 Oktober 2009

PUISI SOSIAL - SOSIALIST POEMS

SAAT KAIL MENYENTUH SAMUDRA
Deburan ombak adalah musik merdu yang sangat dia rindukan untuk didengar
Bersentuhan untaian air asin itu dengan ujung perahu yang membawanya
Buih terlepas seperti sekumpulan kelelawar menyentak dari guanya ramai dan bingar
Tak sabar inginnya sampai ke tempat yang penuh ikan yang tersambut dengan jala dan kailnya

Hidupnya adalah air laut dan keluarganya, bergelut dan bertaruh

hanya untuk melewati hari
Tidak pernah gentar dia tuk mengarunginya, mencari rejeki demi keluarga di darat sana
Disaat semua orang terlelap pulas disaat itu pulalah samudra diterpanya demi sebuah tujuan pasti
Memberikan harapan tuk bisa melanjutkan hidup meski seberat apapun alam memberikan geliatnya

Dia yakin Tuhan Maha Adil lagi Peyanyang pada umatnya
Dia yakin Tuhan memberikan segala apa yang umatnya usahakan
Dia yakin Tuhan tidak membiarkan perut ciptaanNya kosong bila kita meraihnya
Dan dia yakin alam diciptakan bagi manusia untuk memenuhi segala apa yang dibutuhkan

Kadang alam tidak bersahabat hingga sedikit hasil yang kubawa
Tapi dia tidak pernah kehilangan asa karna alam terlalu kaya untuk kehabisan isinya
Kesabaran yang harus dia tempa meyadarkan bathinnya untuk selalu berusaha
Sedikit atau banyak semuanya disyukurinya karna inilah rejeki yang patut dia terima

Bersyukur dia bisa menjadi penjelajah samudra
Mengenal kebesaran ciptaanNya dan menikmati karuniaNya
Bersyukur dia padaNya karna diberinya kesempatan untuk melakukan yang dia bisa
Manusia hanya bisa berencana, dan Yang Maha Penciptalah yang menentukan segalanya.

Takkan urung langkahnya untuk mencari ridho yang terwajibkan padanya
Takkan surut niatnya untuk mengarungi apa yang telah terlanjur terjalankan
Dia lalui hidupnya karna kuasa dan perintah penciptanya
Dia pasrahkan semua hidupnya karna percaya Tuhan memperhatiakn apa yang tlah dia kerjakan

Dia nelayan yang sampai rentahpun akan bergelut dengan jala dan kail bagai kursi sandaran
Menyibak misteri samudra nan terbentang dan penuh tantangan yang tak pernah dia tahu
Dia nelayan yang mempertaruhkan hidupnya pada samudra luas membentang tanpa batasan
Panas, dingin dan basah adalah sahabat sejatinya yang menemaninya mengarungi lembaran air nan biru.

By. Irawan



BELERANG DIPANGGULNYA
Mampukah dia menjalaninya, bisakah dia melaluinya
Setiap hari keraguan yang terpatahkan oleh semangatnya tertanam dalam pikirannya
Akankah dia meraih hasil ditengah menanjaknya tanah yang harus dijamahnya
Kebiasaan yang tak bisa diabayangkan kapan berakhirnya seiring tegar tubuhnya

Alas tebal seadanya seakan percuma karna kerikil tajam masih terasa di telapak kakinya
Berat dia angkat langkah demi langkah menyusuri jalan yang semakin meninggi
Dia hela nafas sesaat sampai di puncak tertinggi karna saat kembali lebih berat dari keberangkatannya
Bahunya mengeras karna terbiasa tergayut bambu yang terbebani belerang yang tersusun tinggi

Asap panas dari mulut kawah menyapa perih mata dan kulitnya yang kering dan berdebu
Air mata selalu keluar membasahi matanya tuk menyejukkan mata itu dari sentuhan gumpalan putih yang menyakiti
Dia raih onggok demi onggok belerang denga nafas yang seringakli tertahan karna sesak dan ngilu
Dia tumpuk dalam dua keranjang yang akan segera dia papah keatas pinggiran kawah karna dadanya mulai tak tahan dan mendidih

Tulang dalam tubuhnya berusaha bertahan membawa beratnya beban menuruni terjalnya lereng gunung itu
Pelan-pelan dia langkahkan kakinya agar tak terjatuh isi dua keranjang tumpuhan hidupnya setiap hari
Sesekali dia berhenti untuk menata nafas yang tersengal dan tubuh yang dia paksa untuk tetap tegak berdiri tanpa keluh
Sesampainya dibawah dia harus kembali lagi, keatas dan turun berulang-ulang sampai batas kuat tubuhnya terhenti

Kadang dia berpikir bila gunung ini tidak tinggi
Kadang dia tak ingin kembali jikalau bukan karna tuk terus menyambung hidup ini
Kadang dia berharap bila belerang ada di dasar dan bukannya di puncak yang harus didaki
Dan sering dia berkhayal bahwa kawah itu indah, segar, sejuk, tidak berasap panas dan perih

Dia tidak peduli sampai habisnya keringatnya terperas jatuh menyirami jejak tapaknya
Karna gunung itulah hidupnya yang setiap hari harus dia taklukkan dengan semangatnya
Yang dia takuti hanya batas kekuatan tubuh dan nafasnya tuk mengiringi panggulan belerang kuningnya
Entah berapa ribuan kilo jarak yang pernah dijajaki selama dia menekuni pekerjaan yang terlanjur menyatu dalam hidupnya

Entah ..dan entah karna dia sudah tidak peduli lagi..
Entah ..dan.. entah,.. karna inilah jalan yang harus dia lalui
Baginya, gunung adalah dunia yang berbaik hati padanya
Baginya, gunung adalah harta dari Tuhan yang harus direngkuh meski dengan curahan peluhnya

By. Irawan.

LANTUNAN PENGAMEN KECIL
Kaki kecilnya seakan tlah hafal dengan celah dan ruang di tengah jalan
Kadang terlihat berlari, terhenti, bergerak dan sesekali berjalan pelan
Dia ada dari bayangan tubuhnya yang memanjang ke barat hingga ke timur
Keringat yang selalu membasahi kulitnya tak akan pernah bisa membuat warna hitamnya luntur

Nyaring dan lantang lagu yang jarang berubah keluar dari mulut kecilnya
Wajah kecil tanpa dosa itu berharap satu arti, semoga seseorang membeli lantunannya
Dia akan terus bernyanyi hingga sang penikmat menolak atau memberinya
Terulurlah tangannya bila dia berhasil meraih iba orang yang mendengar dendangannya

Apakah hanya itu dunia yang dia miliki
Dunia yang keras, terik, hingar dan menakutkan
Butuh seribu keberanian saat dia terbangun dan melangkah setiap hari
Dan sering tertanam kekecewaan saat dia pulang dengan sedikit penghasilan

Berkali-kali pilu hatinya saat melihat sosok sebaya berseragam sekolah
Dia selalu ragu, gundah dan resah, apakah masih ada cita-cita yang bisa dia tuju
Makan saja susah, yang dia harapkan mungkin hanya suatu keajaiban yang datangnya tiba-tiba
Saat sosok sebaya itu menatapnya, dia tegar berdiri, tapi sebenarnya hatinya perih dan matanya malu

Anak sekecil itu menjalani kehidupan yang belum tentu orang dewasapun bisa
Anak sekecil itu berkelit di keramaian jalanan kota, mencari rejeki lewat alunan lagu dari mulut kecilnya
Dia lebih berani dari beberapa pengecut dewasa yang hidup dari tedeng ketiak orang tua mereka
Dia telah bangga dengan menorehkan sejarah hidupnya, menjadi pahlawan bagi dirinya sendiri dan orang-orang yang dicintainya.

Dia lebih berarti dari mereka-mereka yang berdasi, karna disetiap detik hidupnya penuh arti dan makna yang hanya dia sendiri yang mengerti
Selamat berjuang sahabat kecilku, karna bumi selalu mengagumimu, dan karna orang-orang sepertimulah yang membuat tanah bulat ini selalu bisa berputar diporosnya dan tak pernah terhenti.

By. Irawan http://kreatifkerja.blogspot.com/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar